Wednesday 22 February 2017

Sidang Ahok Ke-11, Ini Pernyataan Mengerikan Yunahar Ilyas

Saya termasuk penggemar Prof. Yunahar Ilyas. Saat saya kuliah sering menggunakan buku-buku karangan beliau sebagai rujukan terutama buku kuliah akhlak dan kuliah akidah. Dengan kecemerlangan ilmunya, sangat wajar beliau diangkat menjadi Wakil Ketua Umum MUI.

Namun saat beliau menjadi saksi ahli pada sidang lanjutan Ahok ke-11 ada pernyataan beliau yang menurut saya cukup mengerikan.

Wakil Ketua MUI, Yunahar Ilyas, menyatakan arti “aulia” dalam surat Al Maidah ayat 51 sebagai teman dekat jauh lebih berat daripada pemimpin.

Yunahar merupakan ahli agama dalam sidang dugaan penodaan agama dengan terdakwa Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.

“Kalau diterjemahkan teman setia jauh lebih berat. Jadi berteman pun enggak boleh dengan Nasrani dan Yanudi,” kata Yunahar di Auditorium Kementerian Pertanian, Jakarta Selatan, Selasa (21/2/2017).

Menurut dia, ada tiga sifat pemimpin, struktural, kultural dan profesional. Yunahar sepakat dengan tafsir aulia sebagai pemimpin bersifat struktural dan dipertegas oleh surat Al Maidah ayat 55.

“Struktural adalah pemimpin dipilih, seperti presiden dan wakil presiden, gubernur dan DPR. Kalau menteri kan enggak dipilih. Jadi tidak pernah mempersoalkan menteri non-muslim,” kata Yunahar.

Sementara pemimpin profesional seperti direktur, atasan kerja yang berlatar belakang non-muslim tak dipermasalahkan. Sebab, pemimpin tersebut bersifat profesional.

Ahok didakwa dengan dakwaan alternatif antara Pasal 156 huruf a KUHP atau Pasal 156 KUHP. Jaksa menilai Ahok telah melakukaan penodaan terhadap agama serta menghina para ulama dan umat Islam terkait pidato yang menyinggung surat Al Maidah 51 di Kepulauan Seribu pada 27 September 2016.

Tanpa mengurangi rasa hormat kepada beliau, saya ingin menyampaikan pendapat saya yang kurang sepakat dengan perkataan beliau. Beliau menyatakan bahwa makna kata ‘auliya’ kalau diterjemahkan teman setia jauh lebih berat. Jadi berteman pun enggak boleh dengan Nasrani dan Yanudi.

Saya sempat kaget beliau menyatakan kalimat seperti itu. Untuk membantah argumen dari tafsir yang menyatakan bahwa kata auliya bermakan teman, bukan pemimpin, beliau membuat pernyataan bahwa jika auliya dimaknai teman justru bermakna lebih berat dibanding pemimpin. Mafhum Mukholafahnya, memilih pemimpin non-muslim lebih ringan dosanya dibanding memilih teman non-muslim.

Jika yang ada seperti itu, maka seharusnya Ahok tak perlu terlalu dipermasalahkan. Toh, dia pemimpin, bukan teman. Jauh lebih dosa memilih teman Yahudi dan Nasrani dibanding memilih Ahok menjadi gubernur DKI, jika memang menurut beliau makna auliya jika dimaknai teman akan lebih berat lagi.

Selanjutnya, benarkah umat Islam dilarang berteman dengan orang Yahudi dan Nasrani? Saya ngeri mendegar perkataan beliau. Hal ini menyalahi kodrat manusia untuk bersosialisasi dengan sesama tanpa membeda-bedakan suku, ras, agama. Seolah-olah, kita hanya boleh bersahabat dengan umat dengan agama yang sama.

Pernyataan beliau juga menafikan peran orang non-muslim bagi umat Islam. Beliau melarang umat Islam berteman dengan Yahudi dan Nasrani, namun beliau tak menyadari bahwa mereka berjasa terhadap umat Islam. Banyak orang Yahudi dan Nasrani yang menciptakan produk yang sangat bermanfaat bagi umat Islam. Dari mulai kendaraan, elektronik, obat-obatan, dan yang lain.

Saya rasa jika memang ingin memperberat tuduhan kepada Ahok, Prof. Yunahar Ilyas tidak seyogyanya mengatakan seperti itu. Ini sangat berbahaya bagi kerukunan antar umat beragama di Indonesia.

Apalagi jika melihat asbabun nuzul dari surat Al-Maidah ayar 51, konteks larangan itu karena mereka sedang memusuhi orang Islam. Memang dalam Islam dikenal ada istilah Kafir Harbi dan Kafir Dzimmi. Yang dilarang oleh Nabi adalah berteman dengan Kafir Harbi.

Apa yang dimaksud dengan Kafir Harbi dan Kafir Dzimmi?

Kafir Harbi adalah orang-orang non-muslim yang memerangi umat Islam. Mereka melakukan tindakan-tindakan yang mengintimidasi hak orang Islam. Mereka mengancam keselamatan umat Islam. Jika terhadap kafir harbi, umat Islam tidak hanya dilarang berteman, tapi wajib memeranginya.

Kafir Dzimmi adalah orang-orang noon-muslim yang hidup berdampingan dengan orang Islam. Mereka menjalani kewajibannya sebagai warga masyarakat, mereka tidak memusuhi umat Islam, mereka bahkan bisa bekerja sama dan saling membantu dengan umat Islam. Terhadap kafir dzimmi, umat Islam wajib mennghormati mereka, menjaga hak-hak mereka, tidak memusuhi, serta melindunginya.

Jadi sikap umat Islam kepada umat non-muslim tidak boleh digeneralisir, ada perinciannya. Islam merupakan rahmat bagi seluruh alam. Seluruh alam dimaknai seluruh makhluk hidup. Tidak hany orang Islam. Manfaat Islam tidak hanya untuk orang Islam.

Mungkin seperti itu….


Sumber : seword

No comments:

Post a Comment